My video, please watching this and i hope you like this ;)

Minggu, 01 April 2012

filsafat "CINA"


Pendahuluan
Filsafat Cina yang akan kami bicarakan di sini ialah Filsafat Cina Awal. Secara garis besar filsafat Cina dapat dibagi dalam:
1. Filsafat Cina Awal
2. Filsafat Cina Pertengahan
3. Filsafat Cina Modern
Filsafat Cina awal membicarakan para pemikir Cina dalam kurun waktu kerajaan/dinasti Chou sampai dinasti Han. Filsafat Cina pertengahan mulai dalam kurun waktu dinasti Han, dengan masuknya Buddhisme ke Cina. Buddhisme lalu berbaur dengan Taoisme.
Filsafat Cina modern merujuk kepada Neo-Confucianisme, yaitu Confucianisme di dalam suasana pemikiran Barat, terutama pemikiran nasionalisme. Juga termasuk Filsafat Cina Modern, filsafat Komunisme Cina dan alam pikiran Cina dewasa ini.
Latar Belakang Sosial Politik dan Budaya
Sekitar tahun 3000 SM, sudah ada penduduk yang membuat pemukiman teratur di lembah sungai kuning (Sungai Yang Tze) dan sudah muncul kerajaan Hsiang yang cukup beradab, meskipun masih bersifat agraris. Sekitar 2200-1700 SM, muncullah kerajaan dynasti Shang, waktu itu sudah diketemukan penggunaan barang-barang perunggu dan Sekitar 1500 SM, telah diketemukan penggunaan huruf­-huruf 0 Cina (Ideography)= satu tanda berarti satu pengertian. Th.1050 SM, dinasti Chou mengambil alih kekuasaan dari dinasti Shang. Kurun waktu dinasti Chou dibagi:
a) Dinasti Chou rawal th. 1050-770 SM
b) Dinasti Chou Petengahan th. 770-474 SM
c) Diasti Chou Akhir th. 474-250 SM

Sudah sejak th. 403 Diasti Chou mengalami kemunduran. Pemerintah Pusat sudah tidak bisa menguasai para bupati yang di daerah, sehingga mereka mencari jalannya sendiri-sendiri. Terjadi perti­kaian antar daerah, disebut "Kurun waktu pertikaian antar negara daerah" (warring states) th.403-221 SM.

Sudah sejak dynasti Shang orang mulai menulis catatan tentang banyak hal. Catatan-catatan itu nanti menjadi bahan ajaran bagi para filsuf, para pemikir Cina. catatan itu menjadi enam -tulisan Klasik Cina. Mereka itu ialah :
1. Buku mengenai perubahan = I Ching: Menunjukkan prinsip-prinsip Yin dan Yang
2. Buku Pantun (tembang)= Shih: Memaparkan tujuan hidup dan tingkah laku.
3. Buku Sejarah = Shu: Mencatat kejadian-kejadian.
4. Buku Tata Upacara = Li: Memberi petunjuk upacara dan tingkah laku.
5. Buku musik = Yueh: memberi dasar dan keselarasan (Harmoni)
6. Buku catatan musim semi dan musim gugur = Ch'un Ch'in: Menun­jukkan perbedaan (tingkah) dan kewajiban serta tugas.

Diamping karya tulis itu situasi budaya pada zaman itu (terutama masa dinasti Shang dan Chou) dapat digambarkan sebagai berikut. Pemerintahan dijalankan oleh para bangsawan. Ada bangsa­wan ada rakyat kecil: petani. Oleh raja, para bangsawan diberi kuasa atas suatu wilayah, menjadi semacam bupati. Namun mereka tergantung dan harus setia kepada raja (sistem feodal). Para petani bekerja untuk para bupati dan kehidupannya dijamin cleh para bupati. Pada waktu itu para pejabat sudah rajin mencatat perintah-perintah dan peristiwa-peristiwa. Sudah ada kelonpok orang yang terpelajar (ahli tulis, Literati). Namun catatan mereka belum merupakan pemikiran yang urut dan sistematis.

Mereka percaya kepada adanya Dewa penguasa tertinggi alam dan manusia. Pada zaman Shang dia disebut Ti=Yang Maha Tinggi. Pada zaman Chou dia disebut Tien. Namun ada pengertian Tien ini lebih bersifat suatu kekuasaan pendorong, kekuasaan moral, daripada pribadi yang berkuasa. Tien=Kekuasaan surgawi, Langit. Dalam zaman Chou muncul juga apa yang disebut She suatu lambang bagi kekuatan bumi yang dipuja oleh para petani.

Pada masa Shang dan Chou masyarakat memuja dewa tertinggi Ti dan T'ien, kecuali itu mereka memuja dewa alam, seperti dewa air, dewa api) dsb. Juga mereka memuja dan menghormati arwah nenek moyang, terutama nenek moyang para penguasa.

Para dewa dan roh nenek moyang dianggap mampu memenuhi kebutuhan manusia, maka manusia mempersembahkan kurban kepada mereka. Semakin baik kurban dilaksanakan semakin baik kebutuhan manusia dipenuhi. Ada keselarasan antara manusia dan para dewa dan nenek moyang. Keselarasan atau harmoni menjadi unsur penting dalam alam pikiran Cina.

Untuk membuat pelaksanaan kurban lebih sempurna mereka menggunakan ramalan (divinisation) dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan ilmu bintang ada yang menggunakan lima unsur alam: Tanah, kayu, besi/logam, air, api dikaitkan dengan lima unsur po­kok dalam manusia. Penampilan, pembicaraan, penglihatan, pende­ngaran, dan pemikiran. Ada yang menggunakan dua lidi, yang satu lurus/utuh, yang satu terpotong. Dengan tiga kali menarik lidi itu timbul trigam dan seluruh kemungkinannya membentuk 8 trigrams yang merupakan dasar untuk perhitungan ramalan selanjutnya. Unsur penting yang digunakan dalam ramalan ialah unsur pasangan baik buruk, laki perempuan. Memulai menyelesaikan. Pasangan itu dalam zaman Shang disebut Shin dan K'un, dalam zaman Chou disebut Yang dan Yin. Pengertian bahwa semua yang ada ini berpasangan dengan lawannya merupakan unsur pemikiran Cina. Juga unsur alam yang lima tersebut di atas.

Di samping itu) semua orang Cina kuno percaya akan hidup sesudah mati dan akan adanya jiwa yang tak dapat mati. Maka juga waktu itu orang berusaha untuk mencari hidup yang tanpa mati/ hidup kekal.

Dari semua ini nampak bahwa dasar hidup orang Cina kuno amat bersifat keagamaan, terkait dengan makhluk roh-roh yang mengatasi manusia.

Asal Mula Pemikiran Falsafati
Sekitar th. 500 SM, mulai terjadi kemerosotan dalam pemerintahan dynasti Chou. Para Bupati mulai tidak setia dan pemerintah tidak punya cukup kuasa mengendalikan Para bupati, hukum dan ketertiban mulai goncang. Rakyat tidak percaya lagi akan keampuh­an kurban kepada dewa dan nenek moyang. Banyak orang terpelajar ingin arah-arah pemerintahan yang baik benar dan adil. Mereka mulai memikirkan arah kebijaksanaan memerintah berdasar akal budi dan tidak berdasar atas kurban persembahan. Dewa dan nenek moyang dianggap sebagai kuasa pendukung moral yang benar dan bukan hanya memerintah kehendak orang yang mohon kepada mereka. Mereka masih percaya kepada prinsip Tien Ming (kuasa raja berasal dari "Surga". Namun "surga" diartikan bukan sebagai dewa, penguasa tetapi sebagai kekuatan tuntunan moral. Raja yang jahat tidak lagi memegang Tien Ming (mandat dari surga). Keagamaan mulai bersifat humanistic kemanusiaan terkait dengan etika. Disinilah mulai muncul pemikiran filsafati.

Ada enam aliran pokok falsafati di masa Cina awal yaitu: Aliran Yin Yang, Aliran Confucian, Aliran Mohist, Aliran legalist (hukum), Aliran Taoist, dan Aliran unsur alam.

Aliran Confucius
Confucius (551-479 SM)
Yang penting dalam hidup Confucius (k'ung Fu tze) ialah bahwa ia seorang terpelajar, mula-mula bekerja sebagai guru, dikemudian hari mendapat kedudukan dan kepercayaan di pemerintahan kota Lu. Namun karena intrigue politik dan kemerosotan moral penguasa dia mengundurkan diri dari jabatannya (th.497SM). Dia lalu menjadi guru pengembara mengajarkan jalan melaksanakan pemerintahan yang baik. Jalan hidup dan ajaran Confucius terpusatkan pads tiga hal:
a) Mengabdi Negara/Pemerintahan
b) Menggapai kaum muda.
c) Mengajarkan budaya leluhur kepada generasi penerus,

Pokok-Pokok Ajaran Confucius
a. Mengenai roh-roh Confucius berkata: “ .... curahkan perhatianmu pada tugas-tugas untuk kepentingan rakyat dan hormatilah roh-roh, tetapi ambil jarak dengan mereka, itulah yang disebut kebijaksanaan". (Lun Yu: VI-22)
Jelas di sini Confucius tidak meninggalkan adat leluhur, namun juga lebih menekankan hidup dalam tugas-sehari-hari.
b. Kebijakan-kebajikan Confucius
Tujuan hidup Confucius ialah mengajar kepada kaum muda dan pejabat bagaimana hidup yang baik menjadi "Manusia unggulan". Maka untuk itu 'Confucius menganjurkan Cheng of Names = Meluruskan nama/ status/ sebutan. Kalau orang memiliki jabatan dan disebut dengan nama itu maka dia harus bertindak sesuai jabatannya atau namanya itu. nSeorang raja hendaknya menjadi raja yang baik sesuai martabat raja, seorang menteri hendaknya menjadi menteri yang baik sesuai jabatannya, seorang ayah hendaknya menjadi ayah yang baik sesuai sebutamnya, seorang anak hendaknya menjadi anak yang baik sesuai sebutannyan (Lun Yu: XII-11). Cheng Ming ini juga menjadi titik tolak pandangan politik Confucius.

Struktur kebajikan Manusia
Confucius mendasarkan semua yang ada termasuk manusia pada T'ien Ming_Perintah dari surga. Tien Ming diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan fate=takdir, tetapi yang dimaksud di sini Ming berarti tata aturan dalam alam semesta yang sejak asal mula mengatur jalannya semesta menuju tujuannya yang baik, dapat disamakan dengan konsep Hukum Alam Natural Law. Natural Law ini membawa semuanya kedalam keselarasan, juga dalam hal-hal yang tampaknya bertentangan. Semua dalam alam saling mengisi dan saling memberi koreksi sehingga yang muncul keselarasan dan keseimbangan.

Ming atau Tien Ming ini di dalam manusia membentuk hati nurani cinta kasih. Dalam dirinya manusia mampu memiliki keterbu­kaan terhadap sesama dan memiliki naluri mengendalikan hawa nafsu. Nurani cinta kasih ini disebut Jen. Tujuan hidup manusia ialah mengendalikan nafsu dan hidup seturut Jen itu. Keteraturan jen terungkap dalam segala bentuk aturan adat istiadat pergaulan, termasuk tata upacara hidup, termasuk juga pengendalian hawa nafsu, semua ini terangkum dalam kata Li.

'Rasa/sikap hormat kalau tidak diatur oleh Li akan menjadi usaha yang sukar (tidak tulus), sikap hati-hati kalau tidak diatur oleh Li, hanya menjadi sifat penakut - Keberanian kalau tidak diatur oleh Li akan menjadi sifat kurang ajar, keterbukaan kalau tidak diatur oleh Li, akan menjadi sikap ceplas cep -los tanpa aturan" (Lung Yun: VIII-2)

Selanjutnya Yen dan Li terungkap dalam Hsiao=Filial piety (Kasih keluarga) dan Ti=Kasih persaudaraan kepada sesama. Hsiao meliputi: Kasih tact dan hormat dari anak laki-laki kepada ayah, anak putri kepada ibu, adik kepada kakak, teman kepada teman yang lebih tua, juga termasuk kasih dan hormat kepada raja, istri ke­pada suami. Sedangkan Ti menunjukkan kasih dan hormat itu kepada semua sesama manusia.

Untuk dapat melaksanakan kebajikan di atas perlu hati manu­sia menunjukkan sifat berikut ini: Manusia harus memiliki Chung= sikap kesungguhan menghadapi togas. Setia dengan diri sendiri, menjalankan, tugas karena dia telah dengan sadar menerima tugas itu = concen". Disamping itu dia harus memiliki sifat Shu = altruism = memperhatikan kepentingan orang lain. Ukuran untuk per­buatan demi kepentingan sesama ialah "diri sendiri. Jangan melakukan kepada orang lain, apa yang kamu sendiri tidak sutra orang lain melakukan kepadamu" (Lung Yun: XV-24). Semua itu membuat orang memiliki Chih = uprightnes = manusia yang tegak utuh jati dirinya=Ia tidak menipu diri dan menipu orang lain. la jujur tidak mudah tergoda oleh apapun. Dia memiliki Yi.righteouness=berbuat sesuatu karena sesuatu itu baik.
Wawasan alam semesta (Chun Yung = doktrin harmoni)
Confucious berpandangan sebagai berikut: Didalam diri manusia ada aturan. Dalam alam ada aturan. Maka manusia harus menyelaraskan dirinya dan membawa keseimbangan dengan tata aturan alam. Dengan demikian dia memelihara keselarasan dan perda­maian dengan bertindak sesuai kodrat manusia dan hukum alam. Keterpaduan hukum alam (Ming) dan kodrat manusia, itulah Li, yang membawa kesejahteraan. Dari sini tampak bahwa keselarasan merupakan pengertian/konsep kunci dalam alam pikiran Cina.

Teori politik Confucius
Confucius adalah pejabat setia pada dynasti Chou. Dies tetap percaya pada pandangan T'ien Ming. Penguasa itu berkuasa berdasar "Perintah dari surga", karenanya dia harus berkuasa dan rakyat harus tunduk kepada penguasa.

"Penguasa (Chun tzu) itu bagaikan sang angin dan rakyat biases (Hsiao jen) adalah rumput, rumput harus menunduk sesuai arah, angin" (Lun Yu: XII-19)

Namun ini bukan berarti sang penguasa boleh bertindak semauTiya, Sang Penguasa harus bertindak sesuai dengan sebutannya "Penguasa". Kalau penguasa bertindak semaunya kerajaan akan hancur.

"Jika sebutan tidak tepat, maka kata-kata akan tidak cocok, kalau kata-kata tidak cocok, maka hal-hal yang (yang harus dilakukan) tidak dapat dijalankan, tata aturan, sopan santun, musik, keselarasan tidak akan berkembang. Hukuman juga tidak akan diterapkan secara adil, dan rakyat tidak tabu apa yang harus diperbuat. Karena itu, seorang Chun Tzu merencanakan/ memikirkan apa yang dapat dinyatakan secara cocok dan tepat dan berbicara mengenai hal yang dapat dilaksanakan dengan baik. Tidak boleh ada yang tidak cocok atau kurang dalam apa yang dikatakannya" (Lun Yu XIII-3).

"Jika jalan pemerintahan benar (Tao) berlaku di dunia, tata aturan, sopan santun, upacara, musik dan keselarasan, perang dan hukuman berasal dari penguasa. Jika jalan pemerintahan benar berlaku di dunia maka kebijaksanaan kenegaraan tidak di tangan para menteri dan bila pemerintahan benar berlaku di dunia, rakyat biasa tidak membicarakan soal kenegaraan (poli­tik)" (Lun Yu XVI-2)

Dari sini jelas pandangan politik Confucius terpusat pada Penguasa. Namun lagi-lagi harus diingat penguasa harus berjalan dalam jalan yang lurus memerintah adalah meluruskan oleh mu”. (Lun Yu XII – 17).

Teori Pendidikan menurut Confucius
Tujuan hidup Confucius ialah membentuk pejabat yang baik agar terjadi pemerintahan yang baik, untuk itu perlu keluarga yang baik, agar keluarga baik, perlu para muda dididik yang baik.

Dalam mendidik kaum muda Confucius menggunakan buku klasik yang ada tetapi buku itu diterangkan seturut ajarannya. Kepada kaum muda dia mengatakan: "Membaca tanpa berpikir membuat bingung, berpikir tanpa membaca membuat orang linglung (tak seimbang)"

Syarat bagi seorang guru yang baik:
a. Menghalangi kebiasaan buruk, mengajarkan kebiasaan baik
b. Tepat waktu dan urut dalam mengajar,
c. Memberi dorongan dan gairah melalui lomba dan ujian
d. Membimbing lewat pertanyaan-pertanyaan.

Titik dasar pendidikan
Menurut Confucius titik dasar pendidikan ialah
Li. Li = Keselarasan.
Taat pada hukum kodrat;
Saling menghormati;
Taat beribadat.

Confucianisme
Selama hidupnya Confucius mengumpulkan banyak murid. Diantara mereka itu ada yang terns menekuni ajaran-ajarannya. Namun) baru lama kemudian ada muridnya yang menjadi terkenal,sedang­kan pokok ajarannya tetap berdasarkan ajarannya,tetapi memberi tekanan khusus. Para pemikir inilah yang melanjutkan ajaran Confucius sebagai aliran yang disebut Confucianisme.

Meng Tzu=Mencius (372-289 ISM)
Titik tolak ajarannya
Seperti halnya Confucius, titik perhatian Mencius juga manusia. Mencius menegaskan bahwa dari dirinya sendiri kodrat manusia adalah baik.

Bagi Mencius Jen harus bersama dengan Yi (lurus hati jujur=righteousness) "Jen adalah dalam hati manusia cara manusia bertingkah laku" (Meng Tzu VA-11) .

Karena Jen ada di dalam hati, maka manusia pada dasarnya baik. Kalau manusia dibiarkan mengikuti rasa hatinya yang terdalam, kodratnya akan berbuat yang baik. Inilah yang dimraksudkan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Kalau diea menjadi jahat itu bukan salahnya keadaan kodrati yang dimilikinya. Rasa kasih kepada sesama adalah jen. Rasa malu akan kejahatan ialah yi, hormat dan menghargai sesama ialah Li. dam tahu baik dan buruk adalah chi (kebijaksanaan), semuanya itu tidak dimasukkan dalam diri kita dari luar, mereka itu ada bersama dalam kodrat manusia kites" (Meng Tzu VI-6).

Jen dan Yi ada didalam diri manusia. Manusia harus mengikutinya. Manusia juga harus mengembangkan apas yang baik itu untuk mencakup semua manusia lain.
"Perlakukan orang tua/jompo dalam keluarga-keluarga lain; perla­kukan anak-anak dalam keluarga seperti layaknya, dan kembangkan perlakuan itu kepada semua anak-anak dalam keluarga lain (Meng Tzu 1A-7) .

Ajaran politik Mencius
Seperti halnya Confucius, Mencius juga menginginkan suatu negara yang sejahtera dalam hal ini Mencius memberi dasar-dasar praktis. Karena waktu itu negara di Cina bersifat agraris dan pars petani harus membayar pajak dengan sebagian (sepersepuluh hasil tanah garapan), maka Mencius menganjurkan pembagian tanah yang jelas dan keringanan dari pajak. "Yang pertama yang harus dilakukan dalam negara yang manusiawi ialah pembagian tanah dan penetapan betas yang jelas" (111-3)

Lalu Mencius mengajarkan sistem Chien T'ien (ladang baik= well field). Sebidang tanah seluas kurang lebih 25.000 m2, dibagi sembilan. Sebagian menjadi bidang tanah umum, yang delapan bagian dibagikan kepada delapan keluarga. Delapan keluarga itu menggarap dulu tanah umum itu (hasilnya diserahkan kepada penguasa sebagai pajak). Baru keluarga itu menggarap bidangnya masing-masing, babas dari pajak. Jadi, pajak bagi setiap keluarga hanya seperde­lapan dari sepersembilan luas seluruh tanah yang diberikan, bukan lagi setiap keluarga membayar sepersepuluh hasil tanahnya.

Mencius juga mengajarkan ekologi dalam bercocok tanam. "Kalau waktu cocok tanam tidak dikacaukan, maka akan lebih banyak hasil padi yang dapat dimakan. Kalau jala dilarang ditebarkan di danau atau di sungai, maka akan lebih banyak hasil ikan dan penyu yang dapat dimakan. Kalau kapak dan parang digunakan di hutan hanya dalam waktu yang cocok, maka akan lebih banyak hasil kayu yang dapat dipakai"

Hal itu dikaitkan dengan tugas penguasa yang baik, yaitu memberi kebutuhan rakyatnya. "Kalau rakyat mempunyai padi, ikan, penyu lebih dari yang mereka butuhkan, dan mempunyai kayu lebih dari yang mereka perlukan, maka mereka bisa memelihara yang hidup dan menguburkan yang mati tanpa rasa kuatir. Mengusahakan ini bagi rakyatnya adalah "Jalan benar seorang Penguasa".

"Seorang penguasa tentu menjadi penguasa yang benar, dimana yang tua-tua dari rakyatnya berpakaian sutera dan makan daging, serta rakyat pada umumnya tidak ada yang menderita kelaparan dan kedinginan (cukup makan dan pakaian)" (1A-3)

Mencius memberi kaitannya antara kesejahteraan negara "Jalan memerintah rakyat adalah sebagai berikut, kalau mereka memiliki saran kehidupan, hati mereka akan teguh. Kalau mereka tidak memiliki mata pencaharian yang pasti mereka tidak akan keteguhan hati, tanpa itu mereka akan melampiaskan segala nafsu jahat." (IIIA-3).

Bila penguasa yang lurus hati mengatur negaranya, ia akan memastikan bahwa rakyatnya punya cukup untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya dan menanggung kehidupan anak isterinya. Dengan demikian ia mendorong rakyatnya kearah kebaikan dan rakyatnya akan mengikuti dia dengan rela. (1A-7).

Dalam bidang politik ini Mencius juga menekankan pentingnya pendidikan moral. "Kata-kata yang baik tidak menyentuh jiwa sedalam perbuatan yang baik. Karena itu pemerintah yang baik ti­dak menguasai rakyat begitu dalam tanpa pendidikan moral. Karena pemerintahan yang baik membuat rakyat segan dan hormat, tetapi pendidikan moral membuat rakyat mencintai pemerintah. Pemerintah yang baik membawa kekayaan, pendidikan moral membawa hati yang baik. (VIIA-14)
Mencius menandaskan:
"Dia yang tidak dapat dikorupkan oleh kekayaan derajat dan pangkat; Yang tidak ditundukkan oleh ancaman dan kekerasan, dialah yang disebut orang besar".

Ajaran Mencius ini disebut aliran Confucian yang idealis.

Hsun Tzu (298-238 SM)
Seperti halnya Mencius Hsun Tzu ialah seorang terpelajar yang mengagumi ajaran Confucius dan meneruskan ajaran itu. Namun, dia juga dipengaruhi oleh aliran Tao, legalist dan Mohist. Karena itu ajarannya bukanlah suatu ajaran Confucian murni. Dalam banyak hal ajarannya berlawanan dengan Mencius.

Titik tolak ajarannya
Berlawanan dengan Mencius, Hsun Tzu mengajarkan bahwa kodrat manusia adalah jahat. Kodrat manusia (hsing) adalah jahat. Kebajikan didapat melalui latihan (wei-perbuatan yang dilatihkan). Pertama: Manusia dilahirkan dengan keinginan mendapat keuntungan, kalau dipenuhi muncul pertengkaran dan keserakahan. Sedangkan rasa sopan santun dan rasa mengalah menjadi sirna. Kedua: Manusia dilahirkan dengan rasa iri dan benci. Kalau kecen­derungan ini diikuti kekejaman dan kekerasan akan meraja lela, sedangkan kesetiaan dan kehendak baik menjadi sirna.
Ketiga: Manusia dilahirkan dengan nafsu telinga dan mata, sehing­ga manusia bernafsu mencari yang merdu dan cantik. Kalau kecen­derungan ini diikuti berbiaklak kemesuman dan ketidak teraturan, sedangkan Li dan Yi, sirna bersama tingkah laku sopan santun. Hanya melalui guru-guru dan hukum yang mengajarkan peradaban serta tuntunan Li dan Yi, maka manusia akan mengikuti rasa sopan santun dan rasa mengalah, melaksanakan tingkah laku yang baik dan tunduk pada aturan. Dari sini jelas bahwa kodrat manusia adalah jahat serta kebajikan adalah sesuatu yang diperoleh melalui latihan (Hsun Tzu XXIII).

Hsun Tzu membedakan kodrat manusia asali/alami (Hsing) dan sesuatu yang diperoleh melalui latihan (Wei).Hsing ada pada manusia sejak awal. Hsing bisa diperbaiki melalui Wei-Wei adalah usaha manusia yang membawa kehalusan dan perada­ban, melalui kebudayaan dan Li. Tanpa kodrat asali, maka tidak ada sesuatu yang dapat diperoleh melalui latihan (yang dapat ditambahkan kepadanya) . Tanpa sesuatu yang diperoleh melalui latihan maka kodrat kita tidak bisa menjadi baik dan indah dari sendiri­nya (Ch XIX)"Kejahatan yang ada dalam kodrat manusia harus diluruskan mmelalui pengaruh guru dan hukum serta tuntunan peraturan upacara ifzi) dan ketulusan hati (Rigrhteousness=Yi)" (Ch.XXIII)

Selanjutnya, Chun Tzu menekankan pentingnya pengaruh lingkungan, terutama pengaruh lingkungan, pengaruh manusia sekelilingnya kebaikan seorang manusia unggulan hendaknyatempat tinggalnya dengan cermat, diantara komunitas yang dalam bepercian untuk mencari ilmu dia harus ahli yang sungguh ahli. Dengan demikian dia akan menghindari bergaul dengan orang fasik dan orang yang bejat akhlaknya dan bergabung dengan orang yang beriman benar serta berhati tulus . (Ch I).

Tujuan Pendidikan: Karena kodrat manusia adalah jahat, maka menurut Chun Tzu tujuan pendidikan ialah menghilangkan kecen­derungan jahat dan menambahkan kebaikan melalui Latihan dari luar, sedangkan menurut Confucius dan Mencius tujuan pendidikan ialah memunculkan ape yang baik yang sudah terkandung dalam hati manusia. Karena itu,Mencius dan Confucius menekankan Jen, sesuatu kasih yang muncul dari lubuk hati, sedangkan Chun Tzu menekankan Li, tata tertib, aturan dari luar.

Pandangan tentang "Tlien"=surga, Tuhan. Bagi Confucius Tien adalah semacam penyelenggaraan Ilahi. Sesuatu yang mengatur jalannya semua yang ada. Bagi Mencius Tien kadang-kadang berarti pribadi Ilahi, kadang-kadang semacam kekuatan, dorongan moral. Bagi mereka berdua Tien ada pengaruhnya dalam menentukan ja­lannya alam semesta dan nasib manusia. Bagi Hsun Tzu Tien hanya­lah gejala alam yang tak ada pengaruhnya bagi nasib manusia. Baik dan buruk tergantung dari manusia.

"Bila kebutuhan pokok hidup diLinbangkan dan digunakan secara ekonomis, maka "surge' tak dapat mengada-kan Kemiskinan. iikalau makanan bagi rakyat diadakan, Berta tenaga mereka dipekerj akan sesuai dengan muslm,ma-ka "surge" tak a. an, ose-ndatangkan petnyakit. Bila Tao diikuti dan orang tidak me-nyimpang dari padanya, maka "surge" tak dapat me-ngi-r-im malapetaka. Ba jir dan kekeringan tidak dapat menyebabkan kelapaxranjp Udara dingin dan udara pa-na---- tidak dapat menyebabkan penyakit; Tin dan setan tidak dapat mendatangkan malapetaka (Ch XVII).

Hsun Tzu mengajarkan bahwa manusia tak usah percaya akan gejala-gejala di langit, seolah-olah mereka merupakan tanda datangnya keuntungan atau kerugian.

Kalau penguasanya cerdas, punya daya pikir tajam dan pemerintahan baik, meskipun ada tanda-tanda dilangit yang katanya membawa malapetaka, kerajaan tetap akan sejahtera. Kalau penguasanya bodoh dan pemerintahan jahat, maka meskipun tidak ada tanda-tanda di langit yang meramalkan malapetaka, kerajaan tetap akan ditimpa malapetaka. Kalau semua manusia berkecenderungan jahat dari mane dapat dimulai pendidikan dari luar? Siapa yang memulai.Hsun Tzu menjawab bahwa pendidikan dari luar dimulai oleh manusia yang berpikiran tajam dan cerdas. Hsun Tzu, karena dipengaruhi oleh aliran Taoisme, percaya bahwa ada "Jalan kebenaran dan hidup" yang meresapialam dan manusia. Dengan budinya manusia mampu menggapai Tao ini. Manusia yang budinya diterangi oleh Tao akan muak menghadapi segala kebejatan yang disebabkan oleh nya yang "diterangi Tao" dia akan mulai menyusun peraturan membawa tata aturan dalam hidup manusia dan masyarakat.

Ini manu-budi-sia yang mengikuti kecenderungannya yang jahat. Dengan akal untuk Tata aturan itu: Li yang membawa manusia kepada ketulusan hati: Yi. Untuk ini, perlu manusia bermasyarakat dan membentuk Institusi. "Seorang yang pandai dan berbakat sekalipun hanya mungkin menguasai satu bidang kemampuan dan seorang tak dapat memangku dua jabatan sekaligus (dengan baik). Kalau manusia hidup bersama dan tidak saling membantu, maka akan terjadi kemiskinan. Kalau mereka hidup bersama tetapi tidak ada pemilihan/perbedaan sosial, maka akan terjadi pertengkaran. Kemiskinan adalah kecelakaan dan per­tengkaran adalah malapetaka. Untuk membebaskan rakyat dari kece­lakaan dan malapetaka perlu ada pemilahan sosial yang jelas dan harus dibentuk organisasi. (untuk bekerja sama)" (Ch X).

Tujuan dari Li
Untuk membentuk keteraturan: dengan care menghilangkan kecenderungan jahat pada manusia dan dengan cara memperhalus pera­saan manusia dengan mengendalikan luapan emosi, baik itu cinta ataupun kebencian, baik kegembiraan maupun kemarahan. Di sini Li diartikan dalam arti pelatihan, aturan yang diperintahkan dari luar. Bagi Hsun Tzu Li adalah puncak peradaban dan kebudayaan.

"Orang yang berpegang pada Li tidak bingung menghadapi perubahan-perubahan yang berane-karagam. Orang yang menyimpang dari Li akan gperubahan yang beraneka ragam. Orang yang menyimpang tersesat. Bukankah Li puncak peradaban dan kebudayaan? (Ch XIX)

Rectification of names=meluruskan nam=Chen Minq
Pada Confucius dan Mencius, Cheng Ming hanya dipakai dalam tingkat etika politik dan dalam etika pergaulan masyarakat. Pada Hsun Tzu Cheng Ming dipakai dalam logika dan analis sosial.

Dalam Logika
Ming diartikan "Kata", seperti dalam logika kristoteles.
a. Kata yang sama dipakai menunjukkan benda yang semacam. Kata yang berbeda dipakai untuk menunjukkan benda yang berbeda.
b. Kata tunggal dipakai menyebut benda/hal yang tunggal, kata majemuk dipakai menunjukkan pengertian hal yang majemuk. (ump. "Kuda"=kata tunggal; "kuda putih"-kata majemuk)
c. Kata umum dipakai menunjuk sifat umum yang mencakup bentuk tunggal dan bentuk majemuk. Ump. "binatang"=kata umum yang mencakup "kuda" dan "kuda putih"
d. Kata universal ("Kata Umum Besar=Great general name) dipakai untuk mencakup banyak hal. Ump. "benda" mencakup "binatang", "tanaman" dan "barang".
e. Kata terbatas=specific names digunakan untuk menentukan batas dari kata universal (ump. "binatang dan tumbuh-tumbuhan" disini "benda" ditentukan batasnya dalam arti binatang bukan tumbuh-tumbuhan).

Dalam analisa social
Nama juga digunakan untuk menunjukkan tingkat realitas dalam arti statusnya. Mana yang lebih tinggi mana yang lebih rendah. Dengan perbedaan itu, Hsun Tzu menekankan bahwa ada perbedaan tingkat status antar manusia dalam masyarakat. Perbedaan itu harus jelas bagi masing-masing orang, karena itu semua perlu agar ada pembagian tugas dan tidak Baling tumpang tindih dalam bekerja.

"Surga" "Bumi" dan "Manusia"
Hsun Tzu tetap mengakui warisan leluhur dan tetap menghorma­ti T'ien="surga", "langit". Namun Hsun Tzu tidak memandang T'ien sebagai sesuatu yang menentukan dan mempengaruhi hidup manusia. T'ien hanya sekedar tata aturan yang membuat musim berjalan teratur, perubahan terjadi sesuai waktunya, semua memiliki sifat keteraturannya sendiri-sendiri. T'ien adalah tata aturan hukum dalam alam.

"Bumi". Bumi bagi Hsun Tzu adalah tempat bahan hidup untuk manusia. Manusia harus mengolah bumi, untuk mendapatkan hasilnya.

"Manusia". Manusia ialah makhluk yang punya akal budi. Dengan akal budi itu manusia mengatur dan memerintah.

"Surga", "Bumi", "Manusia" adalah tiga serangkai yang mem­bangun alam raya yang serasi (harmoni) dan masyarakat yang tera­tur dan sejahtera. Dalam hal ini peranan manusia yang menentukan. Dengan akal budinya manusia memanfaatkan keteraturan alam untuk mengolah bumi demi kesejahteraan manusia. Manusia harus bekerja mengolah dan mengubah alam. Manusia tidak boleh hanya menunggu dan menyandarkan diri pada alam dan bumi. Mereka tak punya pe­ngaruh.

Untuk menyelenggarakan kesejahteraan manusia Manusia sendiri harus Pekerja.

"Kamu berpikir tentang "surga" dan mengagungkannya, Mengapa tidak mengumpulkan kekayaannya dan mengaturnya? "Kamu taat kepada "Surga" dan memujinya Mengapa ridak mengatur perintahnya dan nenggunakannya? Kamu mengamati musim dam menunggu kedatangannya. Mengapa tidak menyongsong dan mendayagunakannya? Kamu mengharapkan sesuatunya berkembangbiak dari sendirinya. Mengapa tidak kamu kerahkan kemampuanmu untuk melipatgandakan? Kamu memandang benda-benda hanya sebagai benda. Mengapa tidak kamu rawat benda-bena itu agar tidak hilanag/rusak? Kamu mengagumi bagaimana segala sesuatunya terjadi? Mengapa tidak kamu kembangkan segala sesuatunya sepenuhnya? Karena itu, mengkesampingkan usaha menusia dan hanya berpi­kir-pikir tentang "surga" berarti salah tangkap terhadap arti alam semester ini. (Ch XVII)

Pendidikan
Bagi Hsun Tzu pendidikan mulai dengan membaca buku-buku klasik, dilanjutkan dengan mempelajari hukum-hukum alam. Tu­juannya ialah membina diri dan orang lain untuk menjadi orang terpelajar, pads permulaan, dilanjutkan dengan membina diri dan orang lain untuk menjadi orang bijaksana=sage.

Dalam hal ini peranan akal budi terhadap kecenderungan jahat manusia, amat penting. Pendidikan moral tidak bermaksud menghi­langkan kecenderungan-kecenderungan. Kecenderungan tidak mungkin dihilangkan, hanya bisa dibatasi dan dikendalikan, diatur oleh akal budi. Kalau akal budi diresapi oleh Li dan Yi, akal budi akan meredakan gejolak kecenderungan dan mengendalikannya. Tetapi karena akal budi sendiri bisa dibingungkan oleh kecenderungan, maker akal budipun harus dimurnikan melalui usaha "pengosongan diri, harmoni dan penyerahan diri kepada Tao". Untuk itu., perlu seorang guru yang bijaksana.

"Tidak mengikuti petunjuk guru dan menganggap benar petunjuk itu, tetapi hanya mengikuti pandangan sendiri, itu seperti menggunakan orang buta untuk membedakan warna, atau menggunakan orang tuli untuk membedakan suara.Orang seperti itu tidak dapat lepas dari kesalahan dan kebingungan (Ch.I.I)

Hsun Tzu disebut filsuf yang realistic
Confucianisme selanlutnya
Confucians, Mencius dan Hsun Tzu merupakan tokoh pokok dalam aliran Confucianisme. Selanjutnya aliran ini berjalan terns, memunculkan banyak filsuf kecil-kecil. Nantinya tidak hanya Tao­isme tetapi juga Buddhisme mempengaruhi Confucianisme, yang mem­buat Confucianisme bercorak lain dan disebut Neo Cunfucianisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar