BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
FILSAFAT
Kata
filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata philosopia
(latin),philosopi (inggris),philosophic (jerman,belanda,prancis),falsafah
(bahasa arab).semua istilah itu bersumber pada istilah bahasa yunani philosofia.istilah
tersebut dari pbilein yang berarti mencintai,sedangkan philos yang berarti
teman ,kawan sahabat.selanjutnya istilah shopos yang berarti bijasana sedangkan
sofia yang berarti kebijaksanaan.
Ada dua arti secara etimologis dari
filsafat yang sedikit berbeda.pertama,apabila istilah filsafat mengacu kepada
asal kata philein dan sopos,maka artinya mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (bijaksana di maksudkan sebagai kata sifat).kedua.apabila filsafat
mengacu pada asal kata philos dan sopia,maka arti ya adalah teman/kawan/sahabat
kebijaksanaan (kebijaksanaan di maksudkan sebagai kata benda).
Filsafat yang dijabarkan dari perkataan
philosipia dari bahasa Yunani tersebut yang berarti : cinta akan kebijaksanaan
(love of wishdom) menurut tradisi phytAGORAS DAN SOCRATES LAH YANG pertama-tama
menyebut diri sebagai philosopos ,yaitu sebagai clotes terhadap kaum shophisp
,kaum terpelajar pada waktu itu yang menanamkan dirinya bijaksana padahal
kebijaksanaan mereka itu hanya semu saja.
Filsafat adalah
studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal
B.
PENGERTIAN ILMU
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia[1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya[2].
Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia
jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia
yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Syarat-syarat ilmu
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiahsesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.
Objektif. Ilmu harus memiliki objek
kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2.
Metodis adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin
kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan
umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
4.
Universal. Kebenaran yang
hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat
tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan
syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
C. PENGERTIAN AGAMA
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan,
atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.Kata
"agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi“..
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan
meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu
longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal
melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yg dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Dalam arti luas,
agama mempunyai makna bahwa manusia yang beragama atau menjalankan aturan agama
maka hidupnya tidak akan kacau balau.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran
dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang
luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya
sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Cara Beragama
1.
Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini
mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan
sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan
yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat.
Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama
berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara
ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau
punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang
lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan
tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara
beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk
itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada
orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli
yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum
mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu
semua.
Keterkaitan dan perbedaan antara filsafat,ilmu
dan agama
D. FILSAFAT
DAN ILMU
Di katakana filsafat sebagai ilmu karena
dalam pengertian filsafat terkadung 4 pertanyaan ilmiayah,yaitu :
bagaimanakah,mengapakah,kemana dan apakah.
Pertanyaan
bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat di tangkap atau yang tampak oleh
indra.jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat desriptif
(penggambaran).
Pertanyaan
mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) satu objek .jawaban atau
pengetahuan yang diperoleh kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan
kemana menanyakan tentang apa yang terjadi dimasa lampau,masa sekarang dan masa
yang akan dating.
Pertanyaan
apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dan suatu hal .hakikat
ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris,sehingga
hanya dapat dimengerti oleh akal.jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini
kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum
,universal,abstrack.
Dengan demikian kalau
ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu ,sedangkan ilmu filsafat bergerak dari
tidak tahu selanjutnya kepada kakikat. [1]
Untuk mencari/memperoleh pengetahuan
hakikat,haruslah dilakukan denga abstraksi,yaitu suatu perbuatan akal untuk
menghilangkan keadaan.sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak
harus ada/aksidensa).Sehingga akhirnya tinggal keadaan atau sifat yang harus
ada (mutlak) yaitu substansial,maka pengetahuan hakekatnya dapat diperolehnya [1]
Kaitan antara filsafat dan ilmu kita dapat
mengatakan bahwa setiap ilmu memiliki objek tersendiri dan metode pendekatan
yang khusus sesuai dengan cirri ilmu dan tujuan yang mau dicapai ilmu
bersangkutan.
Karena objek ilmu itu sangat beragam sesuai
dengan keragaaman ilmu-ilmu maka sistematisasi dan pendekatannya pun amat
berbeda.
Justru karena itu ilmu yag satu selalu berbeda
dengan ilmu yang lain.hakikat filsafat adalah usaha mencari terus menerus dan
dengan demikian kita senan tiasa memperdalam ketidaktahuan kita.Sedangkan ilmu filsafat
dilain pihak ,memiliki totalitas sebagai objek yang tertutup seperti ilmu-ilmu
lain,melainkan sesuatu keterbukaan total dan radikal terhadap realitas.Dia akan
terus menerus bertanya sampai akhir,bahkan dia masih akan bertanya mengapa
ilmu-ilmu hanya bisa sampai pada titik dimanatujuannya sudah tercapai. [2]
Secara umum
dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dalam satu arti memiliki
objek yang sama yakni segala sesuatu yang dapat diketahui.juga filsafat sebagai
ilmu dan ilmu pengetahuan bersama-sama mengarah kepada kebenaran.
Perbedaan
terletak dalam tujuan yakni filsafat terarah pada totalitas sedangkan ilmu-ilmu
menyelidiki bagian-bagian tertentu dari totalitas ssesuai dengan maksud dan
tujuan ilmu bersangkutan.
Disini saya
memberikan contoh antara filsafat sebagai ilmu dan ilmu,di perbukitan tumbuh
pohon kelapa yang menghiasinya,bagian pohon kelapa ini memiliki daya tarik
tersendiri bagi setiap para ilmuan,seorang dokter atau ahli kimia lebih melihat
daging buat atau air buah kelapa sebagai bahan dasar obatan,pembersih atau
penghalau racun dalam tubuh dan lain-lain.
Baik ilmu mau
pun filsafat sama-sama mencari pengetahuan dan pengetahuan yang dicari itu
ialah pengetahuan yang benar.dengan segi ini maksud kedua-duanya sama,tetapi
dalam persamaan itu ada perbedaan.Pengetahuan ilmu melukiskan,sedangka
pengetahuan filsafat menafsirkan. [3]
E. FILSAFAT DAN AGAMA
Setelah kita tahu definisi agama ,dan definisi filsafat ,kita cari
hubungan /keterkaitan dab perbedaan antara filsafat dan agama.
Dialog yang abadi
terkandung dalam konfrontasi filsafat dan agama.Agama mengejek filsafat ,bahwa
setelah beribu-ribu tahun filsafat itu mencari kebenaran ,yang di temukan
hanyalah kebenaran semu,,tiap saat iya mengira mendapat kebernaran untuk
disongsikan ,dikritik dan ditinggalkannya lagi,mencari kebenaran yang
sesungguhnya. Lihat kami,kata agama,kami percaya titik.Dengan demikian kami
tidak membuang-buang waktu untuk berfikir mencari kebenaran ,yang setelah
diperdapat ditinggalkan lagi,karena ternyata tidak benar.Ketahuilan,budi
manusia itu nisbi.Ia tidak akan mungkin menangkap kebenaran yang
sesungguhnya.Hatilah yang mampu menangkap kebenaran yang sejati.
Filsafat menjawab
dengan ejekan pula,kami ingin kebenaran yang kami usahakan dengan tenaga kami
sendiri,kami tidak seperti anak kecil yang mudah percaya saja tentang apa yang
dikatakan kepadanya.Dan sesungguhnya kegembiraan itu bukan terletak pada
kebenaran itu sendiri tapi dalam mencarinya. [4]
Persamaan
antara filsafat dan agama adalah masing-masing merupakan sumber nilai terutama
nilai etika.Perbedaannya lagi dalam halim,nilai-nilai etika filsafat merupakan
produk akal,sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ditentukan oleh
Tuhan ,sepanjang dipercaya bahwa agama langin dibentuk oleh wahyu ,sedangkan
agama budaya dilahirkan oleh filsafat. [5]
Nilai-nilai
etika filsafat berubah-ubah menurut ruang dan waktu ,seirama dengan perubahan
cara berfikir dan merasa manusia lah nisbi sekali.sedangkan nilai-nilai etika
agama (agama langit) mengatasi ruang dan waktu ,abadi ,bahkan mengatasi
peralihan dunia kepada akhirat.Ia dan pembalasan perbuatan etika menurut agama
itu adalah pasti.
Baik filsafat
ataupun agama menentukan norma-norma baik dan buruk.Perbedaan besar antara
filsafat dan agama,antara suatu filsafat dengan filsafat lain,antara suatu
agama dengan agama yang lain ialah,mana-manakah yang buruk itu.Perbedaan
perbedaan inilah yang membedakan filsafat dan agama,antara filsafat dan antara
agama dan agama. [6]
[1] Drs.H.A
Fuad Ihsan ,2010,”filsafat ilmu” Jakarta : Rineka Cipta ,hal 4-5
[2] Bdk.kondar kebung,”dasar-dasar filsafat dan
logika” (mans) ,Ledalero 2005,halm 47
[3] Drs.H.A
Fuad ihsan (2010) “filsafat Ilmu” Jakarta : renika cipta ,hal 59
[4] Drs.H.A Fuad ihsan (2010) “filsafat Ilmu” Jakarta : renika cipta
,hal 79-80
[5] Drs.H.A Fuad ihsan (2010)
“filsafat Ilmu” Jakarta : renika cipta ,hal 81
[6] Drs.H.A Fuad ihsan (2010)
“filsafat Ilmu” Jakarta : renika cipta ,hal 82
F. Kesimpulan
Hubungan dan Keterikatan Persamaan dan Perbedaan Ilmu
Pengetahuan, Filsafat, dan Agama
Dari pembahasan diatas bisa kita tambahkan bahwa hubungan dan
keterkaitan antara ilmu pengtahuan,filsafat dan agama yakni Titik temu atau hubungan dari ketiga disiplin
ilmu itu adalah bahwa ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen, dan pengalaman
inderawi kemudian filsafat berusaha menghubungkan penemuan-penemuan ilmu dengan
maksud menemukan hakikat kebenaran dan agama menentukan arah dalam mendapatkan
kebenaran yang hakiki itu berlandaskan pada keyakinan dan keimanan.
Dari hubungan dan
keterkaitan kita bisa tambahkan persamaan dan perbedaan ilmu pengetahuan
,filsafat,dan agama.dan persamaan yang kita tau secara umum yakni mencari hakikat kebenaran.Ada pula
perbedaannya,bisa kita lihat pada table dibawah ini
Pembeda
,
|
Ilmu
Pengetahuan
|
Filsafat
|
Agama
|
Sumber
|
ra’yu manusia (akal budi, rasio, reason,
nous, vede, vertand, vernunft)
|
ra’yu manusia (akal budi, rasio, reason,
nous, vede, vertand, vernunft).
|
Wahyu
ilahi
|
Jalan
mencari kebenaran
|
penyelidikan (riset, research), pengalaman
(empiri), dan percobaan (eksperimen)
|
eksploirasi akal budi secara radikal
|
mempertanyakan berbagai masalah asasi dari
atau kepada kitab suci.
|
Sifat
kebenaran
|
positif (berlaku sampai saat ini)
|
spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiri, riset, dan eksperimen)
|
mutlak (absolut)
|
Sikap
|
sanksi dan tidak percaya
|
sanksi dan tidak percaya
|
percaya atau iman
|
G. Metode Ilmu Pengetahuan, Filsafat dan Agama Dalam Memperoleh Kebenaran
1. Metode Ilmu Pengetahuan
a. Observasi (pengamatan)
Setiap ilmu pengetahuan empiris selalu dimulai
dengan pengamatan-pengamatan yang seksama untuk mengenal dan mengukur dengan
tepat gejala-gejala yang ada. Biasanya alat indera kita tidak mampu untuk
mengadakan pengamatan-pengamatan yang begitu teliti, maka dari itu kita sering
mengggunakan alat-alat pembantu pengamatan seperti mikroskop, teleskop,
fotografi, termometer, dan lain sebagainya.
b. Hipotesis
Setelah kejadian-kejadian dikonfrontir
kemudian orang–orang mencari hukum-hukum yang dianutnya dan mencari
hubungan-hubungan itu satu sama lain. Hipotesis itu memberikan keterangan untuk
sementara, selama belum diketemukan keterangan yang sesungguhnya.
c. Eksperimen (percobaan)
Setelah orang menemukan hipotesis, maka segera
diadakan penelitian apakah hipotesis itu benar atau salah.
d.Induksi
Induksi itu untuk merumuskan atau membuat
suatu formula dari hukum-hukumnya.
2. Metode filsafat
a. Metode Reductio Ad Absurdum
Metode ini dikembangkan oleh Zeno, Metode ini
adalah metode yang ingin meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan
premis-premis lawan, yang caranya dengan mereduksi premis lawan menjadi
kontradiksi sehingga kesimpulannya menjadi mustahil.
b. Metode Maieutik Dialektis
Kritis Induktif
Metode Maieutik dikembangkan oleh Sokrates.
Filsafat menolong manusia melahirkan kebenaran seperti layaknya ibu melahirkan
bayinya. Maka, tugas filsafat adalah tugas untuk menjadi bidan yang menolong
manusia melahirkan kebenaran. Metode itu disebut dengan metode teknik kebidanan
(maieutika tekhne).
c.
Metode Deduktif Spekulatif Transendental
Metode ini dikembangkan oleh
Plato, murid dari Sokrates.
Dasar seluruh filsafat Plato adalah ajaran
ide. Ajaran ide Plato ini melihat bahwa idea adalah realitas yang sejati dibandingkan
dengan dunia inderawi yang ditangkap oleh indera.
d.
Metode Silogisme Deduktif
Metode ini dikembangkan oleh Aristoteles.
Aristoteles
menyatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan
yang benar, yaitu metodeinduktif dan deduktif. Induksi adalah cara menarik
kesimpulan yang bersifat umum dari hal yang khusus. Deduksi adalah cara menarik
kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tak diragukan lagi. Induksi
berawal dari pengamatan dan pengetahuan inderawi. Sementara, deduksi terlepas
dari pengamatan dan pengetahuan inderawi.
e.
Metode Intuitif-Kontemplatif Mistik
Metode ini berkembang dengan ide Plotinos
dengan ajaran Neo-Platonisme.
Yang
Esa merupakan yang awal atau yang pertama, yang paling baik, yang paling tinggi
dan yang kekal.Yang esa tidak dapat dikenali oleh manusia karena hal itu tidak
dapat dibandingkan atau disamakan dengan apa pun juga.
f. Metode
Skolastik: Sintetis-Deduktif
Filsafat Skolastik menemukan puncak
kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya. Prinsip deduktif
adalah prinsip awal dari filsafat skolastik. Bertitik tolak dari prinsip
sederhana yang sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan
khusus.
g. Metode Skeptisisme
Metode Skeptisisme ini dikembangkan oleh
Rene Descartes. Descartes berpendapat manusia harus menjadi titik berangkat
pemikiran yang rasional. Untuk mencapai kebenaran, rasio harus berperan
semaksimal mungkin
h. Metode Kritis-Transendental
Metode kritis transendental dikembangkan
oleh Immanuel Kant. Filsafat Kant menekankan pengertian dan penilaian manusia,
bukan dalam aspek psikologis melainkan sebagai analisa kritis. Objektivitas
menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.
i. Metode Idealisme-Dialektis
Metode dialektis dikembangkan oleh George
Wilhelm Friedrich Hegel. Jalan pikiran Hegel untuk memahami kenyataan adalah
mengikuti gerakan pikiran dan konsep.
j. Metode Eksistensial
Metode eksistensial pertama diungkapkan
oleh Kierkegaard. Metode eksistensial berupaya untuk memahami manusia yang
berada dalam dunia, yaitu manusia yang berada pada situasi yang khusus dan
unik.
k. Metode Fenomenologis
Peletak dasar metode fenomenologis adalah
Edmund Husserl. Pengembangan metode fenomenologis mengarah pada pemusatan
perhatian kepada fenomena tanpa praduga
l. Metode Analitika-Bahasa
Filsafat analitik menolak metafisika karena
mereka berpendapat bahwa metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Salah satu tokoh filsuf analitik adalah Ludwig Wittgenstein.
3. Metode Agama
Dalam agama untuk mendapatkan kebenaran manusia mempertanyakan
berbagai masalah dari atau kepada kitab suci, karena pada dasarnya kebenaran
agama abersifat absolut (mutlak) yang tak akan berubah dari masa ke masa.
Disamping itu selain
mencarinya sendiri manusia juga harus menerima hal-hal yang diwahyukan tuhan,
dengan kata singkat percaya atau iman.
BAB III
PENUTUP
Demikian
makalah tentang wawasan Nusantara yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Drs.H.A
Fuad ihsan (2010) “filsafat Ilmu” Jakarta : renika cipta
2. Bdk.kondar
kebung,”dasar-dasar filsafat dan logika” (mans) ,Ledalero 2005
4. Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar